Pemerintah negara Thailand semakin merasa gerah jika negaranya kelamaan disebut dengan sebutan tujuan wisata seks. Seperti informasi yang sudah diberitakan oleh media Reuters, Badan Pariwisata Thailand sampai menuliskan keterangan resmi. Isinya sebuah pernyataan kalau negaranya menentang apapun yang berbau wisata seks.
Negara Gajah Putih yang mempunyai berbagai wisata seperti, pantai, kuliner, dan tentunya kuil Buddha ini memang kerap ramai dikunjungi. Sebagian besar, turis yang datang ke negara gajah putih ini ialah remaja yang ingin berlibur sebelum memulai lagi kuliah atau aktivitas kerja.
https://www.instagram.com/p/BftK–NHsDc/?taken-by=amazingthailand
Disisi lain, jasa prostitusi di Thailand memang masih dilarang. Akan tetapi, masih saja ada kawasan yang diduga sebagai wisata gelap, dan yang mengunjungi kebanyakan turis mancanegara. Tidak hanya di kawasan pelosok, kawasan wisata gelap juga ditemukan di beberapa kota besar, seperti Bangkok.
Pada hari Senin lalu, tim kepolisian Thailand berhasil membekuk 10 orang dari negara Rusia yang membuka kelas pelatihan seks di daerah Pattaya. Kesepuluh orang tersebut ditangkap dengan dugaan bekerja tanpa memiliki izin resmi.
“Badan Pariwisata Thailan menginginkan negaranya menjadi tempat tujuan wisata yang berkualitas dan tentunya memiliki tujuan yang baik. Dan kami sangat menentang adanya konsep wisata dalam bentuk apapun.” tulis TAT di keterangan resminya yang telah diterbitkan pada Rabu (28/2/2018).
Kawasan distrik merah di Thailand tawarkan beberapa jasa yang bisa disebut surga dunia, mulai dari jasa pijat plus hingga teman tidur. Isu kalau Negara Gajah Putih sebagai tempat tujuan wisata seks kembali mencuat setelah Boris Johnson menyinggung hal itu ketika dirinya sedang pidato pada bulan kemarin. Boris Johnson sendiri merupakan Menteri Luar Negeri Inggris.
Di tahun 2016, mantan Menteri Pariwisata Thailand juga pernah umumkan “perlawanan” negaranya terhadap bisnis seks. Dan sejak itu, sering dilakukan razia di beberapa kawasan yang diduga menjadi wisata gelap oleh Kepolisian Thailand.
Namun, beberapa pengamat menyebutkan, jika untuk mengubah persepsi orang tentang konsep wisata di Thailand tidak semudah membalikkan telapak tangan. Di tahun lalu, industri wisata menyumbang pendapatan negara sebesar US$53,76 miliar atau yang setara dengan Rp 73 triliun. Naik 12 persen dibandingkan tahun 2016.
Jumlah pendapatan itu merupakan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah Negara Gajah Putih. Dan untuk tahun ini, pemerintah berharap mendapatkan pengunjung sebanyak 37,55 juta.